Seorang Lelaki Revisionis


Seorang lelaki datang mengetuk pintu raja dan berkata, beri hamba kapal. Karena raja tidak kunjung datang, lelaki itu pun berbaring melintang di ambang pintu, menghalangi siapa pun yang hendak masuk atau keluar. Karena urusan ini menimbulkan perkara besar, setelah tiga hari raja pun menemui si lelaki dan memberondong pertanyaan-pertanyaan dengan kasar, tapi ia cuma menjawab: beri hamba kapal. Akhirnya raja memberinya kapal. Namun, ia harus mencari awaknya sendiri, untuk membantunya pergi mewujudkan mimpi mencari pulau tak dikenal. 
Sinopsis tersebut dinukil dari novelet José Saramago, Dongeng Pulau tak Dikenal. Terbitan Circa, 2019. 

Seorang lelaki muskil bersikeras ingin menghadap raja. Bukan perkara mudah, sebab lelaki itu mesti melewati birokrasi yang ruwet. Raja tahu ada lelaki yang menginginkan sesuatu kepadanya. Ia perintahkan menteri pertama, lalu menteri pertama memerintahkan menteri kedua, yang kemudian memerintahkan menteri ketiga, yang kemudian memerintahkan asisten pertama, yang kemudian memerintahkan asisten kedua, hingga jabatan yang paling rendah dalam hierarkis.

Sebagaimana sinopsis tersebut, raja akhirnya mengabulkan keinginan si lelaki, meskipun harus menunggu tiga hari di depan pintu istana.

Lelaki itu paham, bagaimana membuat raja terdesak dan mengikuti kehendaknya, serta meruntuhkan birokrasi yang berbelit-belit di dalam istana. Ia tidak menyerah dan, sedikit keberanian adalah yang tersisa dari diri si lelaki. 

Tipikal lelaki seperti itu sulit ditemukan, untuk tidak mengatakan itu sudah punah. Mungkin ada, tapi tidak banyak. Orang seperti itu mungkin digolongkan sebagai orang yang 'menyimpang' dalam ajaran umum. Seorang revisionis.

Dalam ajaran umum kita mengenal adanya pendisiplinan massal ala militer. Di sekolah-sekolah misalnya, di mana siswa-siswanya dituntut taat aturan dan patuh terhadap perintah. Mereka diajarkan disiplin baris-berbaris, disiplin tepat waktu, disiplin mengerjakan PR, dan disiplin-disiplin lainnya.
Lihat apa yang diupayakan oleh Mendikbud. Masa orientasi diisi dengan baris-berbaris. Fasilitatornya kalangan militer. Disiplin hendak ditegakkan atas dasar kepatuhan, menjadi disiplin militer bukan disiplin kewajaran hidup. Sejak lama memang sekolah di Indonesia dijadikan pintu utama untuk menanamkan pemahaman pada anak-anak mengenai supremasi militer. Dalam pelajaran sejarah, diajarkan bahwa kemerdekaan negeri ini didapat melalui perjuangan bersenjata. Sejarah perjuangan diplomatik dinomorduakan. (Bre Redana, Baris-berbaris. Kompas, 21/7/2019)
José Saramago memberikan kita satu contoh pelakon yang berusaha melawan "ajaran umum". Di mana si lelaki itu berhasil mendisiplinkan dirinya. Untuk sebuah hasil bukankah butuh suatu usaha? Itulah disiplin kewajaran hidup yang diajarkan Saramago. Bukan baris-berbaris. 

Dalam percakapan antara si lelaki dan raja serta seluruh abdi dalem-nya, sang raja tak habis pikir soal pulau tak dikenal. Kala itu sudah ada peta, bagaimana mungkin masih ada pulau yang belum dijelajahi dan, tak dikenal? Konyol!

Lelaki itu hanya membalas, cuma pulau-pulau yang dikenal yang ada di peta. 

Comments

Popular posts from this blog

Bola: Bermula Jumat, Berakhir Jumat

Jeneponto: Sepeda dan Kesetaraan

Kisah Pemimpin yang Kuasanya Melebihi Sejauh Mata Memandang