Membayangkan Wiracarita Ernst Gombrich

Pada zaman dahulu kala... 

Mendengar kalimat itu, saya membayangkan guru ngaji semasa bocah dulu. Kalau sudah begitu, saya duduk manis sambil memasang kuping dengan baik. Cerita nabi menggelongsor, takjub. 

Begitulah Ernst membuka cerita dalam bukunya, Sejarah Dunia untuk Pembaca Muda. Pada zaman dahulu kala... 

Pada awal-awal buku ini, kamu boleh percaya boleh tidak. Tak ada paksaan.

Sebelum zaman purba, ada zaman yang mendahuluinya, dan, manusia belum ada. Yah, manusia seperti kita ini, belum tercipta. Lalu, siapa makhluk yang menghuni zaman itu? 

Masa itu diperkirakan lebih dari 150.000 tahun yang lalu. Kamu bisa bayangkan, belum ada lalu-lalang kendaraan. Bising. Polusi. Orang-orang tentu belum mengenal sistem e-tilang. Hanya ada hewan-hewan besar nan buas, yang hari ini sebagian orang menganggapnya mitos belaka. Dinosaurus. 

Gunung-gunung belum muncul seperti sekarang, nanti menjulang setelah air laut menyusut. Hewan-hewan mulai bermuculan. Bekicot dan Kerang. Kamu boleh tidak percaya!

Sebuah kota tua di Jerman yang terletak di tepi sungai Neckar, Hiedelberg namanya, di sana diemukan sepotong tulang manusia. Jenisnya, rahang bawah. Dempet dan kuat. Periset menganggap itu bukan tulang manusia jenis sekarang ini. 

"Kalau bukan, lalu tulang siapa?" 

"Neandertal" Kata para periset. Jenis selain Sapiens, manusia seperti kita ini. 

Neandertal tidak memiliki dahi. Bagi sebagian periset, tentu akan mempertanyakan, "Bagaimana mereka berpikir? Ataukah memang mereka tidak berpikir?" Jangan mengedut dahi begitu. Yang jelas, rahang mereka lebih kuat dari Sapiens, manusia seperti kita ini. 

Selain rahang yang kuat, mereka pekerja keras (dalam arti yang sebenarnya). Individualis. Dan, tanpa pola yang terukur. Kira-kira seperti itu.

Sezaman dengan ini, perkakas kerja mulai ditemukan. Waktu itu, alat kerja masih didominasi dari batu. Disebutlah zaman batu. 

Kemudian mereka menjadikan gua sebagai tempat menghangatkan tubuh, sebab di luar salju, dingin. Lahirlah zaman es dan manusia gua. Mungkin seperti itu.

Komunikasi mulai diperkenalkan. Belum sampai ada simbol A-Z. Namun lumayanlah, ada banyak hal yang kita tahu dari lukisan di dinding gua. Setidaknya kita tahu dulu ada seekor gajah berbulu yang disebut Mamut, hari ini kita mungkin mengenalnya di film Ice Age saja.

Sebagian periset percaya, mereka melukis karena percaya pada sihir. Ernst salah satu yang memercayai itu, kamu boleh tidak percaya. 

"Mengapa sihir?"

Opini yang terbangun (hingga sekarang ini), lukisan itu sebagai bentuk ritus akan sesuatu hal yang mistik. Ketika mereka melukiskan itu, maka itu akan seperti doa, dan patut diwujudkan. 

Lukisan binatang liar yang dikendalikan manusia misalnya, mereka lakukan dengan mulai menjinakkan (domestikasi) binatang dalam kehidupan fana. Menjinakkan bisa kita artikan hari ini: menernakkan.

Mereka mulai menggunakan api, setelah tahu jika kayu yang digesek bisa menimbulkan panas. Api itu digunakan untuk memanggang binatang domestikasi. Selain itu, membuat tembikar dari tanah liat dari api yang bara. Dan, beberapa peranti lain dari batu.

Neandertal tentu saja berpikir. Periset lain mungkin keliru, tapi dalam bukunya, Ernst mencoba memberikan pandangan yang lain. Setidaknya memintamu setuju untuk kali ini.

Selepas zaman es, ditemukan sebuah batu hijau. Jika batu itu ditempa dengan bara api, maka jadilah tembaga, seperti sendok besi yang kamu gunakan saat ini. Tembaga lebih mudah dibentuk ketimbang batu pada umumnya. Bisa dibuat apa saja, ujung panah, ujung tombak, kapak, dan semacamnya. Tapi, ada kekurangan dari tembaga ini, cepat tumpul. Mereka mencari lagi, ditemukanlah timah. 

Tembaga dicampur timah, jadilah perunggu. Lebih kuat dibanding tembaga. Lebih lama aus dibanding tembaga. Dan, tentu lebih ringan. Sangkil dipakai berburu.

gambar diunduh dari https://www.belajarsosial.com/2018/01/zaman-prasejarah


Kala itu, alat dapur diciptakan dari perunggu, baju zirah juga menggunakan perunggu. Nah, disebutlah zaman itu sebagai zaman perunggu. Zaman ini merupakan zaman sebelum sapiens berkuasa. Kamu boleh saja tidak percaya. 

Comments

Popular posts from this blog

Bola: Bermula Jumat, Berakhir Jumat

Jeneponto: Sepeda dan Kesetaraan

Kisah Pemimpin yang Kuasanya Melebihi Sejauh Mata Memandang