Soal Kebudayaan

Diambil dari artdesign fb

Sejauh yang saya pahami--sebagai manusia yang melekatkan budaya sebagai bagian yang tak lepas dari laku keseharian hidup manusia--arti dari "budaya" adalah sesuatu yang bisa dikontrol dan dikendalikan, diawasi bahkan sampai pada tahap yang bisa ditinjau ulang kembali. 

Dalam kalimat pengantar W.S. Rendra untuk buku Thomas Paine, menyebutkan bahwa yang bisa dibudayakan adalah hal-hal yang bisa manusia kendalikan, yang lepas dari kontrol "alam". 

Detak jantung, kerja fungsi hati, lambung, adalah organ yang tak bisa dikendalikan oleh manusia, dan sudah barang tentu tak bisa dibudayakan. Beda halnya dengan kepala, tangan, dan kaki, itu bisa difungsikan selama kontrol kendali kesadaran ada pada manusia. Kepala bisa mengangguk apabila setuju dengan hal-hal tertentu, sekaligus bisa menggeleng menolak hal-hal tertentu. Tangan bisa difungsikan baik dengan membantu sesama manusia, sekaligus bisa berbuat jahat jika diinginkan. Begitupun kaki yang bisa dipakai melangkah untuk urusan-urusan yang baik.

Sesuatu yang hanya bisa dikontrol dan dikendalikan adalah sifat dari "naluri buatan" manusia. Hal ini lahir seiring kemajuan berpikir otak manusia, yang menurut Yuval Noah Harari sudah ada sejak Revolusi Kognitif bergulir. Naluri buatan ini hadir sebagai bentuk paripurna yang hanya bisa berubah jika mendapat perlawanan dari luar. Singkatnya, naluri buatan ini adalah budaya yang diciptakan.

Pada dasarnya budaya menginginkan manusia menjelaskan dirinya, menyatakan keberadaannya, dan menegakkan jati dirinya (Radhar Panca Dahana, 2015:177). Dengan keinginan tersebut, entitas yang berbeda--dari luar/asing--adalah sesuatu yang mesti dicurigai sebagai pengganggu. Sebab mengapa? Karena akan merusak bangunan kultur yang sudah disepahami.

Lebih jauh Radhar memberikan gambaran, sebelum menjadi suatu negara, sebuah bangsa mestilah terlebih dahulu memiliki entitas budaya. Sebuah budaya yang lahir dari cita-cita luhur warganya, yang kemudian dipadukan dengan keinginan untuk maju sebagai suatu bangsa yang merdeka.

Budaya erat kaitannya dengan segala lini kehidupan. Ada standar yang mapan untuk mengetahui hal ini baik atau buruk bagi suatu bangsa, yang menurut Yuval memiliki (standar) esensi yang tak berubah sepanjang masa. Kebudayaan adalah 'palang' sebelum membincangkan soal sosial, politik dan ekonomi. Padanyalah soal-soal kehidupan ditinjau. Sejauh mana kebudayaan itu hadir di tiga bidang tersebut? Bisakah budaya membendung hasrat ketiganya? Jika tidak, rusaklah entitas kebangsaan itu.

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Pemimpin yang Kuasanya Melebihi Sejauh Mata Memandang

Setelah Soeharto Lengser*

Jeneponto: Sepeda dan Kesetaraan