Mengakrabi Sungai Mandar [4]

Di lokasi pameran FSM 5, kita bisa menemukan berbagai macam kreasi kuliner masyarakat setempat, tidak banyak ragamnya, tapi cukup membuat kita puas dengan aroma dan kelezatannya.

Plang Pameran dan Pasar Kreatif FSM 5

Selain kuliner, kita juga bisa menemukan lapak jualan di titik lokasi yang lain, semisal lapakan baju, pernak-pernik dan hasil kerajinan tangan. Nah, khusus yang terakhir ini—kerajinan tangan—ada lapak yang paling banyak didatangi oleh pengunjung FSM 5. Apa yang menarik di sana?

Lapak ini menyajikan beberapa miniatur seni rupa, dan hasil olah tangan dari bambu dan hasil alam lainnya. Lapak ini diberi nama Antrabes, di bawahnya ada tulisan Rutan Majene. Seluruh hasil kerajinan yang dipajang merupakan hasil kerja para narapidana yang berasal dari Rutan Majene.

Saya kemudian teringat sesuatu. Antrabes, sepertinya nama ini tidak asing! Saya teringat setahun lalu, sebuah acara literasi di Kabupaten Maros. Waktu itu, di suatu panggung musik, sekelompok orang bernyanyi lagu nasional, vokalisnya seorang perempuan, suaranya melengking, penonton tercengang, riuh suara memanggil: An-tra-bes, An-tra-bes. Selepas mereka bernyanyi, pembawa acara memperkenalkan mereka, "inilah teman kita, sekelompok napi, yah narapidana, datang jauh-jauh dari Rutan Majene yang kemudian tergabung dalam Anak Terali Besi, atau biasa mereka disebut Antrabes." Pembawa acara itu meyakinkan pemirsanya, "mereka sama dengan kita", ucapnya dengan formal dan kaku sekali.

Lapak Antrabes yang ramai dikunjungi oleh peserta dan tamu FSM 5*

Di Maros, saya mulai penasaran dengan Antrabes. Apa sih gerakannya? Mengapa Kepala Lapas Majene begitu nekat membentuk Antrabes dan dibiarkan berkeliaran di luar rutan? Pertanyaan setahun lalu itu, terjawab dalam acara bincang komunitas di FSM 5, jum'at malam waktu setempat (13/7/2018).

Seorang sipir dipanggil oleh Ishaq. Sipir itu kemudian berdiri di depan panggung, cahaya lampu sorot membuatnya wagu dan sepertinya ia memang belum terbiasa. Ia menjelaskan permohonan maaf, formal selayaknya birokrasi, menyampaikan bahwa kepala rutan mereka tidak sempat hadir di acara FSM 5.

Antrabes didirikan untuk mengakomodir kerja-kerja kreatif para narapidana. Selain itu, juga mengelola perpustakaan untuk para napi. Begitulah Sipir itu menjelaskan apa gerakan Antrabes. Ishaq kemudian menimpali, apa tidak takut kalau napi itu kabur? Sipir itu menoleh, dan tersenyum kecut, dan menyatakan kalau mereka tidak takut. Jadi pada dasarnya, para narapidana yang keluar adalah orang-orang yang memiliki kelakuan baik selama berada di rutan.

Plang ajakan baca dari Antrabes di lokasi pameran FSM 5

Seorang sipir biasanya menanggung seorang narapidana yang bisa dipercaya tidak akan kabur. Ada kepercayaan yang terbangun antara sipir dan napi, mereka saling percaya satu sama lain. Hal yang sangat sulit untuk manusia yang ada di luar tembok.

Sipir itu kemudian memanggil seorang narapidana perwakilan Antrabes. Dengan percaya diri, ia berbicara di depan kami para pengunjung. Ia betul-betul khilaf dan telah bertobat atas segala masa lalunya. Hebatnya, saat ini ia sedang mengerjakan sebuah proyek penulisan kitab suci Al-Quran. Ia tulis sendiri selama di rutan, kelak setelah lepas dari rutan, ia ingin memberikan tulisan tangannya itu untuk anak cucunya. Mulia sekali.

Seorang Sipir dan Narapidana. Sedang menyampaikan perihal kegiatan Antrabes*

Selain lapak pameran, ada pula beberapa tempat berburu objek foto yang telah disediakan oleh panitia FSM 5. Sebelum masuk ke area FSM 5, misalnya di Taman Bambu, yang terletak di bagian depan lokasi FSM 5. Ada banyak titik untuk mengambil gambar, dengan latar pohon bambu Alu tentunya.




Saya pikir, kita harus kembali ke tempat ini, surga Tanah Mandar ini, mengakrabi sungainya, dan jelajahi hutan bambunya. Terimakasih Desa Alu.

"... aku menunggu hingga kepulangan kautemukan | sebab tak ada yang pernah tersesat di sini" 
Ibe S. Palogai - Padewakang 

[Selesai]

*) Gambar ini diambil dari beberapa hasil foto peserta FSM 5 melalui lini masa facebook.

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Pemimpin yang Kuasanya Melebihi Sejauh Mata Memandang

Setelah Soeharto Lengser*

Jeneponto: Sepeda dan Kesetaraan